Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SANG HABIB PENCIPTA LAGU-LAGU NASIONAL

 


HUSEIN MUTHAHAR

Keturunan Nabi Muhammad Yang Mencipta Lagu-lagu Nasional.
Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar atau yang lebih dikenal dengan nama H. Mutahar (5 Agustus 1916 – 9 Juni 2004), adalah tokoh negarawan dalam masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Namanya paling dikenal sebagai seorang komponis musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu nasional dan kepanduan.
Mayor Muhammad Husein Mutahar
Menteri untuk Vatikan
Masa jabatan
1969–1973
Pendahulu :
Mohammad Nazir
Pengganti
Subagio Surjaningrat
Informasi pribadi
Lahir
5 Agustus 1916
Semarang, Jawa Tengah
Meninggal
9 Juni 2004 (umur 87)
Jakarta
Makam
Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut.
Kebangsaan :
Indonesia
Orang tua :
Salim Mutahar (ayah)
Almamater :
Europeesche Lagere School
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
Algemene Middelbare School
Universitas Gadjah Mada
Pekerjaan :
Komposerdiplomat
Dikenal karena
Pendiri Paskibraka
Penghargaan sipil :
Bintang gerilya. Bintang Gerilya
Mahaputra Pratama.gif Bintang Mahaputra Pratama
Nama lain :
H. Mutahar
Suku :
Arab-Indonesia
Karier militer
Pihak
Indonesia
Dinas/cabang
Insignia of the Indonesian Navy.svg TNI Angkatan Laut
Pangkat : Mayor
Pertempuran/perang :
Pertempuran Lima Hari
Revolusi Nasional Indonesia
Lagu ciptaannya yang populer adalah hymne Syukur (diperkenalkan Januari 1945) dan mars Hari Merdeka (1946). Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesiaku , menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia. Lagu kepanduan ciptaannya, antara lain "Gembira", "Tepuk Tangan Silang-silang", "Mari Tepuk", "Slamatlah", "Jangan Putus Asa", "Saat Berpisah", dan "Hymne Pramuka".
Karier
Ia mengecap pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada periode 1946-1947, setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938). Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Yogyakarta (1947). Selanjutnya, ia mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antardepartemen. Puncak kariernya sebagai pejabat negara barangkali adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973). Ia diketahui menguasai paling tidak enam bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).
Kepanduan
Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Ia juga dikenal anti-komunis. Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Mutahar juga menjadi tokoh di dalamnya. Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.
Paskibraka
Artikel utama: Paskibraka
Sebagai salah seorang ajudan Presiden, Mutahar diberi tugas menyusun upacara pengibaran bendera ketika Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun pertama kemerdekaan, 17 Agustus 1946. Menurut pemikirannya, pengibaran bendera sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia. Ia lalu memilih lima pemuda yang berdomisili di Yogyakarta (tiga laki-laki dan dua perempuan) sebagai wakil daerah mereka.
Pada tahun 1967, sebagai direktur jenderal urusan pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Mutahar diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka. Tata cara pengibaran Bendera Pusaka disusunnya untuk dikibarkan oleh satu pasukan yang dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu; kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera; kelompok 45 sebagai pengawal. Pembagian menjadi tiga kelompok tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Kehidupan pribadi
H. Mutahar terlahir dari keluarga Arab-Indonesia yang mapan dan termasuk kelompok sayyid. Selama hidup ia tidak menikah, namun mempunyai delapan anak semang (6 laki-laki dan 2 perempuan). Sebagian merupakan ”se­rahan” dari ibu mereka —yang janda— atau bapak me­reka —beberapa waktu sebelum meninggal dunia. Ada pula bapak/ibu yang sukarela menyerahkan anaknya untuk diakui sebagai anak sendiri. Semua sudah beru­mah tangga dan mempunyai 15 orang cucu (7 laki-laki dan 8 perempuan).
Meninggal dunia
Mutahar meninggal dunia di Jakarta pada usia hampir 88 tahun, 9 Juni 2004 akibat sakit tua. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan//
Sumber : Wikipedia
Foto : tirto id

Posting Komentar untuk "SANG HABIB PENCIPTA LAGU-LAGU NASIONAL"