Sejarah 1 Muharram Hijrah
Sejarah 1 Muharram Hijrah dari Mekkah ke Madinah
Sebenarnya, hijrah Nabi Muhammad SAW dari
Mekkah ke Madinah merupakan peristiwa hijrah ketiga selepas hijrah ke Habasyah
dan Thaif. Namun, peristiwa hijrah ke Madinah inilah yang merupakan tonggak
awal pembentukan masyarakat Islam yang mandiri dan berdaulat. Karena itu, ia
bernilai penting dan tak tergantikan dalam sejarah keemasan Islam. Selama 13
tahun selepas diangkat menjadi nabi dan rasul, Muhammad SAW melakukan dakwah di
Mekkah. Tetapi, ajakan untuk masuk Islam mengalami kendala besar di tanah
kelahirannya.
Tekanan dan ancaman terus dirasakan oleh
penganut Islam di masa awal dakwah nabi. Berkali-kali, Rasulullah SAW menerima
ancaman pembunuhan yang dilancarkan oleh kafir Quraisy. Hal itu terus terjadi
hingga tahun ke-11 masa kenabian. Namun, setiap musim haji tiba, Nabi Muhammad
SAW selalu menemui kabilah-kabilah luar Mekkah yang datang ke Ka'bah untuk
membacakan Alquran dan mengajak untuk masuk Islam. Awalnya tak ada yang
menyambut dakwah Nabi SAW, hingga suatu ketika di Aqabah, daerah antara Mina
dan Mekkah, Rasulullah SAW bertemu dengan sekelompok orang dari kabilah Khazraj
yang menerima dengan terbuka dakwah Islam.
Merekalah mula-mula penduduk Madinah yang
membawa pulang ajaran Islam dan menyebarkannya di daerah asal mereka. Di Aqabah
itulah pembaitan pertama dilakukan Rasulullah SAW, cikal bakal terbentuknya
masyarakat Islam Madinah. Setahun berikutnya, 12 lelaki dari Anshar, Madinah
menemui Rasulullah SAW menyatakan tunduk ke agama Islam (La Ode Ismail Ahmad,
dalam Perjuangan Nabi Muhammad SAW Periode Mekkah dan Madinah. Jurnal Diskursus
Islam, Vol. 7 No. 1, April 2019). Sejak itu, kekuatan Islam mulai terbangun di
Madinah, yang memantik kehendak Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah ke sana.
Niat untuk berhijrah ini muncul di bulan
Muharam. Peristiwa hijrah dari Mekkah ke Madinah ini merupakan kejadian
mengharukan. Di momen-momen itu, kaum Quraisy menyusun makar untuk membunuh
Nabi Muhammad SAW. Untuk memutuskan hal itu, dilakukanlah rapat penting di Dar
al-Nadwa, tempat Qushay bin Kilab. Dalam musyawarah, diusulkan bahwa Nabi
Muhammad SAW harus segera dibunuh. Namun, karena Rasulullah SAW merupakan
pemuda yang lahir dari kabilah Abdi Manaf, salah satu kabilah terpenting di
Arab, maka dilakukanlah makar dan tipu muslihat agar kabilah itu tidak dapat
menuntut balik, jika Nabi SAW berhasil dibunuh. Rencana itu dilakukan dengan
meminta agar semua suku Arab mengirimkan satu utusan untuk membunuh Nabi
Muhammad SAW.
Tipu daya itu digambarkan Alquran dalam surah
Al-Anfal ayat 30: “Dan [ingatlah], ketika orang-orang kafir [Quraisy]
memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau
membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan
tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. al-Anfal
[8]: 30). Pada malam keberangkatan Nabi SAW dari Mekkah ke Madinah, rumah
Rasulullah dijaga ketat oleh utusan pemuda dari kabilah-kabilah Arab agar
beliau tidak bisa lolos. Namun, karena pertolongan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW
berhasil pergi dengan selamat.
Di dipan tempat Nabi SAW tidur, Ali bin Abi
Thalib berkorban dengan berbaring mengenakan selimut beliau. Alhasil, di pagi
harinya, ketika orang-orang yang ditugaskan membunuh Nabi SAW meringkusnya,
sosok yang mereka inginkan sudah tiada lagi. Nabi Muhammad SAW keluar untuk
berhijrah bersama sahabat seperjalanannya, Abu Bakar As-Shiddiq menuju gua di
bukit Tsur pada 2 Rabi'ul Awwal atau 20 Juli 622 masehi. Setelah tiga hari
bersembunyi di gua itu, mereka melanjutkan perjalanan menuju Madinah.
Posting Komentar untuk "Sejarah 1 Muharram Hijrah"